Bismillahirrahmanirrahim
Pagi, sobat pengunjung Sari's Kitchen. Sudah satu bulan lebih saya tidak update makanan atau tulisan di blog ini. And I'm back now, guys. #info penting. hehe. Selama ramadhan kemaren, beberapa kegiatan sengaja saya skip, salah satunya update blog ini, supaya bisa lebih banyak beribadah serta goal dari Ramadhan tercapai yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Hanya Allah yang tahu persis hasil puasa kita, yang perting kita telah berusaha memberikan yang terbaik walaupun disana disini masih ada kekurangan. Baiklah, kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman-pengalaman ramadhan, semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi saya sendiri.
Dimulai dari awal puasa yang mengharu biru karna ada sedikit masalah dengan mama. Hal ini berawal dari saya yang tidak mau pergi ziarah ke kuburan nenek dan saudara lainnya. Alasan saya karna hal tersebut bukan termasuk sunnah nabi dalam menyambut ramadhan. Selama saya ikut berbagai macam pengajian, rasanya belum pernah diajarkan tentang ziarah kubur menyambut ramadhan ini. Saya mencari informasi lagi melalui internet dan menemukan jawaban yang sama dengan yang saya fikirkan. Menurut saya ada sesuatu yang aneh dalam ziarah kubur menyambut ramadhan ini. Pertama, adalah waktunya, kenapa ziarah kubur dilakukan harus sebelum ramadhan padahal ada banyak waktu lain. Mama saya beralasan karna itulah waktu yang pas untuk mengumpulkan semua sanak famili, menurut saya itu bukan alasan yang tepat karna ada lebih kurang 360-an hari lain yang bisa digunakan untuk ziarah tersebut. Kedua, adalah aktifitas dalam ziarah kubur tersebut. Hal yang sering dilakukan dalam ziarah kubur tersebut adalah membersihkan kuburan, berdoa bersama dan memohon izin kepada mayat untuk berpuasa keesokan harinya. Nabi menganjurkan kita untuk ziarah kubur dalam rangka mengingat mati bukan untuk berdoa bersama apalagi menggunakan kemenyan serta meminta izin kepada si mayat bahwa esok akan puasa. ya ga mungkin lah, yang dimintai ijin aja udah mati (-_-)
Kembali ke masalah saya dengan mama tadi, hal yang terjadi ketika saya menolak untuk ziarah kubur adalah mama marah kepada saya bahkan saya didiamkan beberapa saat. Padahal saya telah menjelaskan alasannya namun beliau bilang kalau saya berlebihan. Ya sudahlah, mungkin untuk masalah ini mama belum bisa di ajak kompromi. Saya tetap dirumah sedangkan mama & adik tetap pergi. Namun, malamnya kami akhirnya berdamai. Saya meminta maaf duluan atas segala salah dan khilaf selama ini begitu juga dengan mama. Problem clear? Belum sepenuhnya (T.T) Pada awal-awal puasa emosi mama masih belum stabil, saya tidak tahu alasannya apakah mungkin karna tindakan saya tersebut ataukah ada hal lain. Saya tidak tahu. Namun berkat kesabaran, kepatuhan dan sedikit usaha merayu yang kenak-kanakan (#hehe) alhamdulillah mama takluk juga dan emosi beliau mulai stabil. Setelah itu udah enakan lagi diajak ngomong, namun sesekali juga marah siy kalau adek saya bandel. Satu hal yang dari dulu saya pegang bahwa menghadapi orang yang sedang marah itu haruslah dengan kepala dingin. Jangan ikut-ikutan terbawa emosi walaupun kita dipihak yang benar. Insyaallah dengan kelapangan hati dan sedikit kesabaran kita bisa menang. Namun jika kita juga ikutan marah maka masalah pasti bertambah karna disitulah setan menari berjamaah. (#vokal akhir ‘ah’ #iklan lewat.. hehe)
Kisah mengharu biru selanjutnya adalah tentang penyakit lama yang datang lagi. Sebenarnya satu setengah tahun yang lalu saya pernah periksakan diri ke dokter salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung. Gejala yang saya rasakan cukup parah bahkan air mata saya terus mengalir sepanjang perjalanan angkot menuju rumah sakit tersebut. Ga tahu kenapa, melow banget suasana hati waktu itu, rasanya umur saya tidak banyak lagi (T.T). Singkat cerita saya dikasih obat yang harganya bagi saya lumayan menguras kantong. Setelah diminum 2 sampe 3 kali alhamdulillah saya sehat kembali. Dulu saya berfikir bahwa obat tersebut sangat manjur tapi tidak untuk saat ini. Ada yang lebih manjur kawan!
Baiklah saya akan cerita lagi kisahnya. Setelah lebih kurang 6-7 bulanan (#saya lupa), setelah meminum obat tersebut penyakit saya tadi muncul lagi tapi tidak separah yang dulu. Karna kesibukan mengurus tesis dan perbaikannya, pulang kampung serta aktifitas di rumah yang cukup padat, saya tidak terlalu menanggapi gejala yang muncul tersebut hingga ramadhan ini. Gejala yang sama seperti yang saya rasakan ketika di Bandung dulu terjadi lagi. Awalnya saya menganggap biasa saja namun semakin hari semakin parah. Air mata saya kembali menetes tapi tidak diangkot namun di atas sajadah. Saya memohon ampun pada Allah atas segala dosa yang telah saya tumpuk selama ini dan juga memohon kesembuhan atas penyakit saya ini. Akhirnya di hari ke-4 ramdahan saya berinisiatif untuk pergi ke dokter di rumah sakit umum daerah saya.
Namun sebelumnya saya harus ke puskemas dulu minta rujukan. Kebetulan saya mempunyai kartu bpjs gratis tanpa iuran bulanan yang didapatkan dari pemerintah. Ini karna saya didaftarkan oleh mama yang berprofesi sebagai PNS, saya tidak tahu prosedurnya yang jelas saya disuruh membawa kartu tersebut ke puskemas nanti. Setelah sampe dipuskesmas, saya mengantri cukup lama sekitar sejaman dan akhirnya apa yang terjadi?? Ternyata kartu bpjs tersebut statusnya tidak aktif. Rasanya penantian yang lama tersebut tak berarti, alangkah lebih baik ketika datang saya langsung menanyakan keaktifan kartu tersebut kemudian baru ambil nomor antrian. (T.T) Tapi ga apa-apa, kesabaran menunggu tersebut dibalas Allah dengan yang lebih baik. Kenapa? Mari kita lanjutkan ceritanya.
Setelah menghidupkan motor dari parkiran puskesmas saya berfikir lebih baik kekantor bpjs dulu menanyakan tentang masalah ketidakaktifan kartu tersebut. Singkat kata, sampailah saya ke kantor bpjs dan mereka mengatakan bahwa kartu saya telah satu tahun yang lalu di nonaktifkan pemerintah dan untuk alasannya bisa ditanyakan langsung ke dinas kesehatan daerah. Dia juga mengusulkan membuat kartu baru jika saya mau. Dua opsi tersebut rasanya berat sekali saya eksekusi saat itu mengingat urusan dengan birokrasi di kantor pemerintah itu tidak mudah dan juga membuat kartu baru masih meragukan. Akhirnya saya melangkah keluar kantor dan menuju rumah. Dalam perjalanan pulang saya terfikir untuk membeli madu dan kurma. Saya berhenti sejenak di salah satu toko herbal dan membeli madu&kurnma. Selanjutnya saya pulang dengan cerita tadi kemudian mama menyarankan agar esok langsung aja ke dokter dengan status pasien umum. Namun yang saya lakukan pada hari yang sama adalah meminum madu dengan sebelumnya membaca basmallah, alfatihah 7x dan doa memohon kesembuhan
“Ya Allah, yang maha penyembuh segala macam penyakit. Tidak ada yang membawa kesembuhan melainkan engkau.`Penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. Sembuhkanlah penyakit ini ya Rabb”
Kemudian saya meniupkan zikir&doa tersebut kedalam gelas yang berisi dua sendok madu dan air sebanyak 3 kali. Saya juga banyak minum, memakan kurma, pisang, sayuran dan makanan sehat lainnya. Saya tidak berpuasa pada hari itu dan juga hari sebelumnya karna alasan syar'i. Pada malamnya saya juga membaca buku karangan Jerry D. Gray yang berjudul Rasulullah is My Doctor. Buku tersebut membuat saya yakin dengan pengobatan herbal yang saya jalani ini. Keesokan harinya saya juga tidak mau pergi kedokter. Saya yakin bahwa yang akan menyembuhkan adalah Allah bukan sang dokter! Dengan keyakinan yang kuat tersebut saya meminum madu sebanyak 4-5 kali dengan metode seperti diatas, Alhamdulillah keajaiban terjadi. Hari ke-6 penyakit tersebut hilang total. Segala puji bagi Allah, tak ada yang tak mungkin kalau Allah berkehendak. Dialah Yang Menguasai langit dan bumi, Yang Maha Agung, Maha Mulia, tempat bergantung setiap makhlukNya. (bersambung...)